BIOGRAFI MOHAMMAD HATTA
Nama : Robertus Robidarwis Gulo
Kelas : X IPA 7
Guru : Pak Harry Syahputra Gultom, M.Pd
Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukit tinggi. Beliau adalah wakil Presiden pertama Republik Indonesia. Nama dan gelarnya Dr. Drs. H. Mohammad Hatta. Beliau adalah seorang tokoh perjuangan kemerdekaan indonesia, pahlawan nasional, negarawan dan ekonom Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia pertama. Ia bersama Soekarno adalah Proklamator Kemerdekaan, memainkan peranan sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Pada 1956, ia mundur dari jabatan wakil presiden.
Beliau merupakan anak kedua dari pasangan Haji Muhammad Djamil dan Siti Salehah. Keluarga Hatta adalah keluarga yang berlatar surau di Batu Hampar. Sebagaimana dalam tradisi Surau, kerja dagang juga menjadi kebiasaan mereka.
Ayah Hatta, Haji Muhammad Djamil adalah putra Syech Abdulrahman, sedangkan ibu Hatta, Siti Salehah adalah putri dari Ilysah gelar Bagindo Marah dan Aminah, keduanya juga memiliki panggilan khas dari Hatta yaitu Pak Gaek dan Mak Gaek. Hatta adalah anak bungsu dari dua bersaudara, kakak Hatta.
Pengalaman sebagai anak laki-laki satu-satunya sudah menjadikan Hatta sebagai tumpahan kasih sayang, perhatian dan anak yang paling diberi
pengawasan yang ketat oleh keluarga ibunya, yang sudah terbukti membentuk Hatta sebagai yang taat, teratur dan berdisiplin. Latar keluarga ibunya yang
kehidupannya berkecimpung sebagai pedagang, serta bertahun-tahun tinggal bersama ayah tirinya yang juga sebagai pedagang, telah mempengaruhi untuk
meminati masalah-masalah ekonomi, sedangkan dari latar belakang ayahnya yang pemuka Islam, khususnya bimbingan agama dari paman Arsyad, telah meninggalkan dasar-dasar pemahaman agama yang kuat dalam diri Hatta. Tidak mengherankan jika kelak nanti Hatta tumbuh menjadi pemeluk Islam yang kuat
tapi rasional, sekaligus sarjana ekonomi yang disegani.
Hatta dimasukan di sekolah rakyat yang menjadi latihan murid-murid sekolah raja, tetapi setelah Hatta mendaftarkan di sekolah rakyat, Hatta belum bisa diterima karena umurnya belum mencapai enam tahun. Karena Pak Gaek ingin sekali Hatta sekolah, akhirnya Hatta dimasukan ke sekolah Belanda swasta milik Tuan Ledeboer. Biasanya yang sekolah di sana adalah anak-anak yang sudah selesai di sekolah rakyat selama lima tahun. Karena harus bermula dari bawah dulu Hatta harus memulai dari belajar menulis dan membaca terlebih dahulu.
Setelah selesai menamatkan pendidikan di sekolah privat Belanda selama tujuh bulan, khususnya untuk memacu kemampuan Hatta dalam membaca dan menulis, akhirnya Hatta baru diterima belajar di sekolah rakyat yang letaknya di Bukitinggi. Selain menerima pendidikan di sekolah, Hatta juga belajar mengaji setiap malam sehabis magrib.
Setelah Hatta mengenyam pendidikan selama enam sampai tujuh bulan lamanya, ada kabar baik dari Pak Gaek, dia diberi pesan dari guru Thaib di sekolah rakyat, bahwa di kelas satu masih banyak tempat yang kosong. Umur Hatta juga sudah mencapai enam tahun dan dia sudah diperbolehkan unutk masuk sekolah. Selama belajar di sekolah Belanda Hatta sudah bisa membaca dan menulis, maka dari itu Hatta sudah mempunyai modal untuk masuk di sekolah rakyat. Selama belajar di kelas satu, Hatta hanya melewati dengan waktu empat bulan saja. Karena selama empat bulan Hatta selalu mendapatkan nilai yang bagus, Hatta langsung naik ke kelas dua, satu kelas dengan kakak satu-satunya Rafah.
Memasuki tahun ketiga, Hatta dipindahkan ke sekolah dasar tujuh tahun khusus untuk anak-anak Belanda, ELS (Europese lagere School, sekolah dasar untuk orang kulit putih), di Bukitinggi. Tidak lama sekolah di ELS, memasuki kelas lima pada pertengahan tahun 1913, Hatta pindah ke sekolah ELS di Padang.
Setelah tiga bulan Hatta belajar bahasa Inggris, tuan Chevalier dipindahkan kerja ke Batavia. Pindah belajar bahasa Perancis, Hatta sudah ketinggalan tiga bulan.
Pada pertengahan tahun 1916 Hatta berhasil menyelesaikan pendidikan di ELS Padang. Hatta lulus dengan mendapatkan nilai yang bagus.
Waktu Hatta masuk ke MULO di Padang, sudah banyak anak-anak Indonesia yang bersekolah di MULO.
Pada bulan Mei 1919 Hatta lulus dalam ujian MULO dan terbukalah jalan bagi Hatta unutk melanjutkan sekolahnya di Batavia.
Pada 3 Agustus 1921 Hatta berangkat ke Negeri Belanda saat Hatta berumur 19 tahun. Proses pendaftaran, persiapan kuliah, dan terutama, penyesuaian fisik dan mental dengan suatu kehiduapam masyarakat Eropa dilaluinya dengan lancar. Pengalaman bergaul dengan keluarga Belanda sejak masa kecil di Bukitinggi sampai pendidikan menengah di Padang dan Batavia agaknya telah menyiapkan Hatta untuk menjalani suasana kehidupan masyarakat Barat tanpa kejutan budaya yang berarti. Hatta pun tertarik kepada kuliah tambahan, kuliah tentang Tata Negara yang diajarkan oleh Profesor Oppenheim, yang menjadi ketua perkumpulan otonomi untuk Hindia Belanda. Beliau mulanya adalah Guru Besar Tata Negara di Leiden dan Guru Besar Luar
Biasa untuk ilmu itu di Rotterdam. Beberapa tahun sebelum Hatta sampai di Rotterdam, ia sudah mengundurkan diri sebagai guru besar karena umurnya sudah 70 tahun. Atas permintaan banyak
mahasiswa, kuliahnya di Rotterdam diteruskan dengan nama “ Ceramah Profesor Oppenheim” tentang Ilmu Tata Negara. Caranya membrikan kuliah sangatlah menarik.
Pada akhir Juni 1932, Hatta melanjutkan studinya untuk menyelesaikan ujian doktoralnya. Ujian dibagi menjadi dua, masing-masing ujian satu jam waktunya. Bagian pertama Hatta akan di uji oleh Prof. Mr. F. De Vires, Prof. Mr. De Verrijin Stuart, dan Prof. Mr. C.W. De Viries. Pada bagian kedua diuji oleh Prof. Mr.
C.W, Prof. Mr. Dr. Franciois, dan Prof. Mr. Van Blom.
Setelah ujian pertama ditempuh, Hatta dapat menempuh ujian doktoral pertama dan bisa menempuh ujian doktoral yang kedua. Dengan niat yang sudah ada, akhirnya Hatta dapat menyelesaikan ujian yang kedua, dan mendapatkan predikat keberatan. Setelah menyelesaiakan ujian doktoral, Hatta memutuskan untuk pulang ke Indonesi.
KARIER
Awal perpolitikan Hatta dimulai saat dia sekolah di Belanda, Hatta bergabung dan aktif dalam organisasi Indische Vereniging (Perkumpulan Hindia), yang
sebenarnya adalah organisasi sosial, dan kemudian berubah menjadi organisaisi politik, terutama dengan pengaruh Ki Hadjar Dewantara, Dous Dekker, dan Tjibto
Mangunkusumo pada tahun 1913 ketika mereka tidak diperbolehkan bergerak di Indonesia.
Pada tahun 1924 Indische Vereniging berganti nama menjadi Indonesische Vereniging atau Perhimpunan Indonesia (PI). Setelah dipimpin oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti Ahmad Subardjo, Sutomo, Hermen Kartowisastro, Iwa Koesoema Soemantri, Nazir Datuk Pamuntjak, dan Sukiman Wirjosandjojo, pada tanggal 17 Januari 1926 pimpinan jatuh ke tangan Hatta.
Ketika menjadi wakil persiden, Hatta banyak berperan penting dalam perumusan berbagai produk hukum nasioal. Selain itu, Hatta juga turut berperan dalam pembentukan tentara Indonesia. Dengan kesibukan Soekarno yang sering di luar kota, maka semua persoalan penting diserahkan kepada Hatta. Setelah
proklamasi kemerdekaan RI, Hatta pernah berusaha mencari dukungan di dunia internasional untuk mendukung Indonesia menjadi negara merdeka. Dengan
usahanya akhirnya India membantu Indonesia dengan cara memrotes dan memberikan resolusi kepada PBB agar Belanda dapat dihukum.
Setelah perjalanan pemeritahan Indonesia, Hatta meletakan jabatanya sebagai wakil persiden karena berselisihan pendapat dengan Soekarno pada 1 Desember 1959. Sebagai tokoh nasional Dwitunggal, keduanya berada pada garis yang
kadang sejalan dan kadang pula berseberangan. Dalam Visi misilah yang membedakan pendapat mereka dalam mengelola negara. Akhirnya, di penghujung tahun 1959, Hatta berhenti dalam jabatan apapun dipemerintahan, dan akhirnya Hatta memutuskan untuk menjadi manusia biasa yang menghadapi hidupnya.
KARYA-KARYA MOHAMMAD HATTA :
Dengan kecerdasannya, setiap pemikirannya selalu ia bukukan. Sudah lebih dari 40 buah buku karangan
Hatta yang dibukukan. Buku yang ditulis dan pertama kali diterbitkan tahun 1926 semasa di Den Haag Belanda Berjudul “Economische Werelbouw En
Macthtstegen Stellingen“ dan karya lain yang terkenal adalah “Portrait of a
Patriot“, adapun karya-karya lain diantaranya adalah:
1). L’ Indonesie et Son Probleme de’t Independence (Indonesia dan Masalah Kemerdekannya tahun 1928).
2). Indonesia Merdeka (Indonesia Vrijs) tahun 1928.
3). Tujuan dan Politik PNI, tahun 1931. Bersamaan ini pula selama memimpin PNI Baru, di Jakarta ia sempat menulis buku dengan judul Krisis Ekonomi dan Kapitalisme pada tahun 1934.
Disamping beberapa karya tersebut ada banyak karya lain yang berupa artikel dan makalah serta naskah pidato yang telah disadur, dicetak dan diterbitkan oleh beberapa tokoh nasional sekarang dan penerbit, diantaranya sebagai berikut :
1). Rasionalisasi, Surabaya, 1939.
2). Mencari Volkend Bond dari Abad ke Abad, Bukittinggi : Penyiaran Ilmu, 1939.
3). Bank dalam Masyarakat Indonesia, Bukittinggi : Bank Nasional, 1942.
4). Beberapa Pasal Ekonomi, Jakarta : Balai Pustaka, 2 Jilid, Jilid I, Cet. Ke-4, tahun 1950 dan Jilid II, Cet. Ke-2, 1951.
5). Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta : Kementerian Penerangan, 1950.
6). Kooperasi Jembatan ke Demokrasi Ekonomi, Jakarta: Kementrian Penerangan, 1953.
7). Dasar Politik Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta : Tintamas, 1953.
8). Meninjau Masalah Kooperasi, Jakarta: Pembangunan, 1954.
9). Verspreide Geschriften, Jakarta : Van deer Peet,1952.
10). Pengantar ke Jalan Ekonomi Perusahaan, Jakarta : Pembangunan, 1955.
11). Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan, Jakarta : Pembangunan, 1954.
12). Indonesia’s Foreign Policy, in Foreign Affairs, No. 3, April, 1953.
13). Kooperasi dan Pembangunan, Jakarta : Kementerian Penerangan, 1956.
14). The Cooperativ Movement In Indonesie, Ithaca, New York : Cornel University Press, 1956.
15). Lampau dan Datang, Jakarta : Djembatan, 1956.
16). Meninjau Sumatera Tengah, dalam Pikiran Rakyat, 3 Juni 1957 dan 24 Juni 1957.
17). Meninjau Tugas Kita, 8 Juli 1957.
18). Pembentukan Tugas dan Konstitusi, Pikiran Rakyat : bulan 17 April 1957.
19). Rakyat Terpaksa Menderita akibat Tindakan Gila-gilaan, Indonesia Raya, 27 Desember 1957.
20). Mari Memperbaiki Nasib Sendiri, 9 Maret 1957.
21). The Cooperative Movement in Indonesia, Ithaca, New York : The Modern Indonesian Project Sontheast Asia Program : Cornel University Press, 1957.
22). Diatas Jalan yang Salah, Pikiran Rakyat, 13 Agustus 1957.
23). Islam Masyarakat Demokrasi dan Perdamaian, terj. L. E. Hakim, Jakarta: Tintamas, 1957.
24). Kumpulan Pidato-Pidato Selama Berkunjung di RRC, Peking: Kedutaan Besar Republik Indonesia. 1957.
25). Indonesia Between The Power Bloes, in Foreign Affairs, No. 3 April 1958.
26). 25 Tahun Koperasi, 1958.
Dari sekian karya Hatta, yang jadi momentum terpenting adalah pledoinya dihadapan Pengadilan Den Haag negeri Belanda pada tanggal 9 Maret 1928. Dan
diantara salah satu sekian karya, merupakan cerminan sikap Hatta dalam memahami dan melihat pertarungan idiologi kapitalisme dan sosialisme serta komunisme, yaitu pada karya yang diberi judul “Indonesche Vrijs” (Indonesia Merdeka).
SARAN DAN MASUKAN :
Menurut saya, penulisan biografi pada pdf tersebut mudah dipahami, sehingga para pembaca dapat dengan mudah mengenali lebih dalam sesosok Muhammad Hatta. Terimakasih
Komentar
Posting Komentar